Tidak
terasa sudah memasuki minggu ke 3 di januari tahun ini. Aku ingat sekali waktu itu,
januari 2013 adalah waktu-waktu terberat yang ku lewati, berhadapan langsung
dengan perasaan sendiri, perasaan orang lain, perasaan orang lain ke orang
lainnya lagi. Rumit. Cerita cinta yang paling rumit yang pernah ku rasakan.
Alhamdulillah,
semua sudah berlalu dan aku merasa sangat lega bisa melewati semuanya, meski
pernah jatuh, terpuruk, bangkit, jatuh kembali, galau lagi, berusaha bangkit
lagi meski kemudian harus jatuh kembali. Tertatih-tatih.
Lupa
bagaimana mengawali hari tahun lalu, sehingga rasanya lebih banyak duka yang
aku kenang daripada bahagia yang aku rasakan. Sedalam-dalamnya sakit karna
perasaan, tidak ada sakit yang melebihi karna kehilangan. Kau tahu rasanya
kehilangan? Aku yakin, kamu tidak akan pernah benar-benar tahu jika belum
merasakannya sendiri. Kalo kehilangan
cinta dari orang lain, mungkin kita masih bisa menemukan cinta yang lain, tapi
kehilangan orang yang kita cintai adalah sebenar-benarnya kehilangan. Pertengahan
tahun 2013 aku kehilangan lelaki bijaksana dalam keluarga besarku, kakekku
berpulang.
Perpaduan
sakit satu dengan sakit lainnya memang bukan hal yang menyenangkan, namun
dibalik air mata, selalu ada bahagia yang Allah sisipkan di sana. Kehilangan
tidak serta merta menuntut kita untuk terus menerus terpuruk. Aku harus bangkit!
Lalu
aku mulai menata kembali kekosongan hati. Berusaha untuk melupakan orang yang
pernah menjadi satu-satunya hati yang menetap di hatiku. Ia telah bahagia
dengan orang lain, yang tidak lain adalah temanku sendiri. Di satu sisi ada
perasaan yang memberontak “ kenapa harus dia? “ namun di sisi lain, ada
perasaan syukur karna dia memilih orang itu, aku cukup mengenalnya dengan baik,
maka ku ikhlaskan hati yang meronta ini, untuk ku relakan orang yang ku cinta
bersama temanku. Itu sudah menjadi bagian dari sesal “ kenapa dulu aku tidak
menjaga hatinya lebih baik lagi? “
Sekali
lagi, sudahlah. Biarlah itu menjadi bagian dari pelajaran berharga untukku.
Berdasar pada pelajaran itu pula, aku selalu berpesan kepada teman yang sedang menjalani hubungan
dengan orang yang dikasihinya, terlebih jika sudah lama, lalu datang jenuh
menghampiri maka janganlah sekali-kali kau mencari sesuatu yang bisa membuat
kamu fresh kembali melalui orang lain, janganlah serta merta karna alasan jenuh
itu, kamu mencari pelarian yang kemudian mengurung kamu dalam kenyamanan semu
yang sifatnya hanya sementara. Kejenuhan dalam sebuah hubungan adalah sesuatu
yang wajar dan itu biasa terjadi,namun kembali pada kita, bagaimana mengatasi
jenuh itu sendiri.
Kita
mungkin bahagia untuk sementara, karna mendapatkan sesuatu yang baru. Dan kita
akan sama-sama bahagia sementara ketika yang kita temui adalah orang yang sama
jenuhnya dengan hubungan bersama kekasihnya. Di akhir cerita kita hanya akan
sama-sama menyesal karna telah menyia-nyiakan sebenar-benarnya cinta kita.
Lantaran sakit hati, maka orang terkasih kita tidak memberi lagi kesempatan untuk
memperbaiki, namun dengan bijaknya ia berlapang dada untuk memaafkan meski
ternyata sulit atau bahkan tidak bisa melupakan. Aku terima itu sebagai kado terakhir
yang kau berikan, sebuah maaf yang bagiku belum sepenuhnya maaf karna rupanya
sakit masih tertancap di dinding hatimu. Aku paham, bahwa sakit hati memang
bukan perkara mudah melupakan, namun percayalah bahwa waktu akan menyembuhkan
segalanya.
Waktu
dan orang baru. Keduanya bisa menyembuhkan luka. Separah apapun, luka juga ada
sembuhnya. Segala sesuatu itu pasti indah pada waktunya, Kalo belum indah,
berarti belum waktunya. Semua akan berakhir dengan kebahagiaan, kalo belum
bahagia berarti belum berakhir. Dan ketahuilah bahwa akhir itu adalah sebuah awal yang baru.
Semua
orang pernah patah hati. All you have to do is move on. Restart – Nina Ardianti.